Sendiri, sendiri ku diam,
diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti
Berhenti mencoba, mencoba bertahan
Bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Bayangkan.. bayangkan ku hilang,
hilang tak kembali Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti Berarti untuk ku rindukan
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Ini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan, lupakan kita pernah saling bersama
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba ‘tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Syair lagu di atas diketik secara lengkap sebagai status salah seorang teman saya di Facebook. Saya yakin seseorang tidak akan repot-repot menuliskan lagu itu di facebook, bila tidak mengalami atau merasakan syair dalam lagu di atas. Ya lagu di atas diciptakan oleh Aldi Nada Permana dengan judul “Takkan menyatu”, dan dinyanyikan oleh penciptanya sendiri bahkan sudah terunggah di situswww.youtube.com
sebelum lagu ini booming.
Namun lagu ini baru terkenal di jagat musik Indonesia ketika dipopulerkan oleh Cakra Khan dengan judul “Harus Terpisah” ditambah dengan suara khasnya yang serak, berat, dan penuh penghayatan. Lagu ini pun menjadi trend saat ini. Lagu ini menjadi “gua banget” bagi seseorang yang menulisnya di twitter, di facebook, dll.
Populer atau tidaknya sebuah lagu mau tak mau sangat dipengaruhi oleh pasar atau dalam hal ini disebut sebagai penikmat musik. Namun tema besar yang bisa disebut sebagai garansi populernya sebuah lagu adalah apabila menyangkut cinta. Tak bisa dipungkiri bahwa tema cinta tidak akan pernah habis dikupas dalam sebuah lagu. Cinta dalam berbagai kemasan, cinta dalam berbagai sudut pandang. Hari ini mungkin tema cinta yang populer adalah cinta yang universal yang menyangkut seluruh manusia, esoknya mungkin adalah cinta antara dua insan. Kemarin adalah cinta dalam balutan perselingkuhan, hari ini adalah cinta yang tak jelas arah dan tujuannya seperti lagu di atas. Dan lagu yang populer saat ini adalah lagu dengan tema cinta yang penuh carut marut, kerumitan dan menyita banyak perhatian atau yang saat ini populer disebut galau....
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) galau itu artinya: sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran).
Dengan melihat fakta bahwa lagu yang populer saat ini dan digandrungi oleh banyak orang terlebih khusus oleh anak remaja adalah lagu-lagu yang bertema kegalauan, maka kita mendapati kenyataan bahwa generasi masa kini adalah generasi yang dipenuhi oleh kegelisahan dan rasa tak aman. Bukankah kegalauan akan hinggap dalam jiwa manusia apabila seseorang tersebut merasa tak aman karena merasa tidak ada tempat atau figur yang bisa dipercayai sehingga pikiran dipenuhi oleh kekalutan? Akhirnya jalan keluar yang dipilih untuk melampiaskan ketidakamanan itu pun beragam. Entah melalui komunitas, kegiatan tertentu, atau seperti cara di atas, seni (baca:musik).
Harus kita sadari bahwa setiap perkataan atau ide yang kita tangkap lewat mata dan telinga kita, akan masuk dalam pikiran kita dan diolah oleh otak kita. Bila ide tersebut tersimpan lama dalam pikiran kita, pikiran itu yang akan membentuk sistem nilai dalam diri kita, dan sadar atau tidak sadar sistem nilai itu akan membentuk karakter kita. Dan bila kata-kata ini dikemas dalam bentuk musik maka hasilnya sangat berdampak besar.
Saya pun tak heran bila mendengar komentar para penikmat musik galau bahwa lagu Cakra Khan di atas adalah “gua banget”dan teman saya di facebook menulis syair di atas secara lengkap karena mereka mendengar kata-kata di atas lewat permainan musik yang memang apik dan menyentuh hati, dinyanyikan oleh penyanyi yang memang suaranya bagus, dan permainan kata yang menarik. Dan perpaduan yang pas di atas diterima oleh pikiran mereka, sehingga mereka pun mengamini “kata-kata” Cakra Khan sebagai “kata-kata” mereka sendiri. Mereka mendapat pelampiasan kegalauan :)
Kalau ditelisik lebih mendalam, kata-kata Cakra Khan di atas adalah sebuah perenungan. Perenungan akan perjalanan cintanya dengan sang kekasih bagai telur di ujung tanduk. Dia melihat ke belakang bagaimana mereka semakin tak seiring sejalan ketika sedang menjalin hubungan yang bila dipikirkan akan semakin membuat pikiran kacau dan ramai dan akhirnya sampai pada satu kesimpulan bahwa mereka takkan mungkin menyatu. Sampai di sini saya setuju dengan sang pencipta lagu, perjalanan cinta harus dievaluasi. Apakah sudah berjalan sebagaimana mestinya, apakah kita dan pasangan kita memang seiring sejalan, memiliki kesamaan tujuan dan arah yang jelas dalam hubungan ini. Saya setuju hanya sampai di sini. Selanjutnya saya tidak setuju.
Mengapa? Karena lagu ini hanya sampai pada suatu kesimpulan bukan pada suatu keputusan dan suatu tindakan nyata! Mengakhiri hubungan atau melanjutkan hubungan dengan resiko sakit hati tak terperi!
Inilah gambaran menyedihkan para generasi yang galau. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai hal, penuh kegelisahan, kekalutan namun enggan untuk mengambil keputusan atau tindakan. Lebih memilih untuk tidak melakukan apa-apa dan terus-menerus gelisah. Bingung memilih putus atau tidak dengan pacarnya meskipun sudah tidak seiring sejalan dan memasang status: It’s complicated. Lebih memilih Hubungan Tanpa Status, karena enggan berkomitmen dan tidak ingin terikat.
Dan marilah kita mencoba untuk adil melihat masalah ini. Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Bumi Manusia,menulis : Seorang terpelajar adalah seorang yang adil pertama-tama dalam pikirannya.
Lagu di atas adalah gambaran perasaan menurut sudut pandang yang diwakili oleh penyanyinya seolah penyanyi adalah seorang yang disakiti dan dilukai. Marilah berandai-andai, kita bertanya pada sang kekasih, mengapa saat si Cakra berlari sang kekasih ini terdiam, saat menangis sang kekasih malah tersenyum, saat berduka sang kekasih malah berbahagia, saat pergi sang kekasih malah kembali? Pasti ada alasannya. Mungkin saja ketika melihat Cakra berlari, kekasihnya bingung, tak tahu harus berbuat apa karena Cakra tiba-tiba berlari dan tidak memberi tahu kekasihnya agar ikut lari bersama. Mungkin saja ketika Cakra menangis, sang kekasih melihat bahwa Cakra meskipun adalah seorang lelaki namun adalah seorang yang rapuh dan sangat membutuhkan dirinya, sehingga sang kekasih pun tersenyum menyadari bahwa sebagai wanita ia dihargai sebagai seorang penolong yang sepadan. Ingatlah tidak ada akibat tanpa sebab. Apa yang ditabur, itulah yang dituai.
Galau membuat seseorang fokus pada dirinya sendiri, bukan pada orang lain. Galau hanya berpikir aku..aku..aku..,mengapa terjadi pada aku...aku...aku..., akulah...akulah...akulah.
Dan betapa hebatnya pengaruh musik pada jiwa kita. Bagi kita para penikmat musik, saya kutipkan tulisan dari Slamet Abdul Sjukur yang pernah disampaikan pada suatu ceramah pada tahun 1993 tapi masih relevan sampai saat ini biar menjadi bahan awasan buat kita, adek, kakak, teman-teman, dan orang-orang yang kita sayangi :
Yang namanya “musik” ialah yang selama ini ditunggangi oleh kata atau lirik lagu, gemerlap lampu dan goyang gaya TV yang sangat miskin itu.
Dalam budaya “ayam goreng” yang menjadi trend orang-orang kota sekarang ini, selera kita lebih tertuju pada tepung pembungkus dan sausnya daripada rasa ayamnya sendiri, sehingga misalnya ayamnya itu diganti dengan gombal kaus-kaki pun, orang tidak perduli. Demikianlah gambaran musik kita dewasa ini.
Galau adalah perasaan yang wajar dan manusiawi. Kita harus bersyukur Tuhan memberi kita perasaan ini sehingga akhirnya kita bisa mengerti betapa rapuh dan tidak berdayanya kita, sehingga kita membutuhkan ketenangan bagi jiwa kita. Namun jika galau itu terus merajai pikiran kita tanpa henti, maka kita perlu bertanya pada diri kita, apakah kita sedang mengakui Tuhan dan keMahakuasaan-Nya? Sebagai orang beriman, kita pasti tahu jawaban Tuhan atas kegalauan kita: ”Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanmu pun ringan”(Matius 11:28-30) Tak pelak lagi, galau juga adalah peringatan bagi kita agar kita mengecek fokus pikiran kita. Apakah kita hanya fokus pada diri kita sendiri ataukah kini saatnya fokus kita kita tujukan kepada Allah dan rencanaNya? Setiap kita diberi tanggung jawab dan panggilan unik dari Dia untuk kita hidupi dan kita jalani. Galau itu terjadi ketika kita ingin melepas kuk itu dan ingin absen dari tugas belajar dari Allah.
Mengalami galau adalah hal yang wajar. Tetapi menjadi galau dan galau terus-menerus adalah pilihan. Kamu pilih mana? :D